Rabu, 25 September 2013

JUMAT



[CATATAN JUMAT]

Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.

“Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit.” “Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.

Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng.

Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini?

Kita tidak menyadari sifat. kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku,” kata Sang Guru.

“Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup,” pria itu menolak tawaran sang guru.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya, memang saya sudah bosan hidup.” “Baiklah, kalau

begitu maumu. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang. Besok malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat

hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati.

Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol”obat” dari Sang Guru. Dan… ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.. . Begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu,ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Pikir-pikir malam terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai

banget! Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu. “

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.

Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali.

Selama ini, mungkin aku salah, “Maafkan aku, sayang.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat.

Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, ”Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali.Seketika hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum? Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh!

Jika kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan kesadaran bahwa engkau bisa mati kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Hilangkan egomu, keangkuhanmu. Jadilah lembut,selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan. Itulah kunci kebahagiaan. “

Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja.´Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu bahagia!

Tunggu. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita

BISA MATI KAPAN SAJA.

Tapi masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa

kita BISA MATI KAPAN SAJA?





Rasulullah dan Sedekah yang Bernilai

Bismillahirr Rahmanirr Rahim ...

Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?”

Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”

Pengemis itupun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.”

Rasulullah SAW menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.

Rasulullah SAW memberikan dua dirham itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah SAW pun memberinya uang untuk ongkos.

Dua minggu kemudian pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “ Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.“



Sungguh suatu pelajaran berharga bisa kita dapat dari Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya memberikan sedekah pada fakir miskin, namun juga memberikan ‘kail’ kepada mereka agar kelak mereka bisa hidup mandiri.
SubhanAllah.

Referensi: Hadits yang diceritakan Anas bin Malik (HR Abu Daud)

>>>>>>>> PAS SUASANA KRAM OTAK....Se-x ;lg hanya utk membuat kalaian tersenyum blur!!!! jgn marah and ndongkol ,yaa? trmkasih,.....wakakaka

SUatu hari ada seorg IBU yg akan menikahkan anak Gadisnya dgn kondisi ekonomi yg sgt miskin...dan kayaknya Calon Suaminya jg dgn kondisi yg sama. karena kasihan tdk bisa beli pakaian buat anaknya, Si Ibu ini membuat sendiri pakaian dlm anaknya dgn menjahitnya sendiri dr sebuah karung & spanduk.
Tibalah saat pernikahan dan malam pertama datang.....
Ketika sedang asyik2nya .......SANG SUAMI terbelalak
Karena kaget melihat BH istrinya bertuliskan
"BERAT BERSIH 25 KG , HATI2 BERACUN"...!!! X_X
Sedang di CD nya tertulis : CUKUP DICONTRENG , JANGAN DICOBLOS ...!!
akhirnya sang suamipun pingsan.....
Dan kisah penderitaan orang susah yg tdk bisa menikmati malam pertama pun berlanjut.

Karena keesokan harinya ...
Gantian Sumini yg pingsan krn melihat CD suaminya yg terbuat dari bekas spanduk jamu nyonya meneer yg bertuliskan : "BERDIRI SEJAK 1918"..!!!

Kasihan Bener..BERAT BERAT BRO!!
Top of Form
Bottom of Form












Tangis ‘Aisyah RHA Saat Peristiwa Haditsul Ifki (Kabar Burung)
Al-Qasim menuturkan, “Jika aku pergi, maka aku mampir terlebih dahulu ke rumah Aisyah untuk mengucapkan salam kepadanya. Suatu hari aku pergi, ternyata ia berdiri dalam keadaan bertasbih dan membaca firman Allah SWT, ‘Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka.’ (Ath-Thur: 27).
Ia berdoa dan menangis seraya mengulang-ulang ayat tersebut, sehingga aku jemu berdiri, lalu aku pergi ke pasar untuk keperluanku. Kemudian aku kembali, ternyata ia masih berdiri seperti sediakala dalam keadaan shalat dan menangis.”
Itulah Aisyah Ummul Mukminin RHA yang dizhalimi orang-orang muslim menurut zhahirnya, padahal mereka sebenarnya adalah kaum munafik, dalam peristiwa berita dusta yang nyaris menghancurkan rumah tangga Nabi SAW dalam peristiwa yang menyakitkan dari pihak kaum munafik dan kaum yang berakhlak buruk yang tidak memperhatikan bahwa dia adalah istri Nabi SAW dan bahwa dia dizhalimi, padahal dia lebih suci daripada mereka. Tetapi ini adalah fitnah yang sepanjang zaman selalu menampakkan bisa dan kuman yang ingin mencemari orang-orang bersih dan orang-orang baik secara zhalim dan dusta. Tetapi orang yang dizhalimi tidak bisa berbuat apa-apa selain menuju dan bersandar ke haribaan Allah SWT. Berapa banyak kita mendengar manusia hina memfitnah orang-orang baik dengan tuduhan dusta padahal mereka terbebas dari semua tuduhan tersebut, kecuali karena mereka kaum yang shalih, mendapatkan taufik dan meraih kesuksesan. Manusia yang hina, mereka sebenarnya bukanlah manusia, tetapi setan pengecut yang dengki dan hasad terhadap setiap orang yang diberi taufik oleh Allah SWT. Orang-orang yang mengigau ini tidak mempunyai senjata kecuali memberitakan melalui berbagai surat kabar kaum sekuler yang hina seperti mereka. Mereka lupa bahwa Allah SWT Memberikan balasan lagi Mahaperkasa, Dia menangguhkan dan bukan membiarkan. Mahabenar Allah, ketika berfirman, “Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.” (Thaha: 61).
Dusta adalah senjata kaum pengecut, kaum munafik, dan manusia yang hina. Karena itu, Aisyah SAW menangis siang malam, karena masalahnya sungguh menyakitkan, mengapa orang yang tidak bersalah dan tidak pernah menyakiti siapa pun dituduh.
Lebih terkutuk dari kezhaliman ini adalah menuduh berzina wanita yang baik-baik lagi beriman. Kemudian datang pembebasan terhadap Ummul Mukminin Aisyah SAW dari atas tujuh langit di dalam al-Qur’an yang akan selalu dibaca hingga Hari Kiamat, sehingga setiap munafik lagi pendusta terdiam. Demikianlah Ummul Mu’minin terbebas dari berita dusta yang ditebarkan oleh kaum munafik yang tidak menginginkan kebaikan tetapi menginginkan fitnah. Bagi Merekalah hukuman di dunia dan akhirat, serta mereka diancam al-Qur’an dengan adzab yang pedih. Mahabenar Allah SWT, ketika berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagimu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar.”(An-Nur: 11)
Demikianlah air mata Ummul Mukminin Aisyah RHA tumpah demi mengharapkan pahala dan berlindung kepada Dzat yang tiada tempat berlindung kecuali kepadaNya sehingga dia mendapatkan pembebasan dari Allah SWT.

Kisah-kisah di Balik Keajaiban Shalat Hajat
Mereka yang mendapatkan keajaiban Shalat Hajat
A. Menghidupkan Keledai yang Mati
Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat, setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)
B. Tercapainya Seluruh Hajat
Di dalam kitab Hasyiyatu Ibnu ‘Aabidiin, disebutkan bahwa di dalam shalat hajat, pada rakaat pertama dibaca surah Al-Fatihah dan ayat Kursi tiga kali kemudian pada tiga rakaat sisanya dibaca surah Al-Fatihan dan Al-Ikhlash, Al-Falak, dan An-Nas satu kali. Maka itu sebanding dengan Lailatul Qadr . Guru-gurunya melaksanakan shalat ini, dan tercapai seluruh hajatnya.
C. Dikabulkan Permintaannya Oleh Khalifah Utsman bin Afan
Dalam kitab Mu’jamu ash-Shoghir wal Kabiir, Imam Thabrani menceritakan:
Ada seorang laki-laki memiliki kebutuhan (hajat), kemudian ia memintanya kepada Amirulmukminin Utsman bin Afan, tetapi Utsam bin Afan tidak memberikan apa yang dimintanya. Kemudian ia bertemu seseorang, yaitu Utsman bin Hunaif. Lalu ia mengadukan permasalannya kepadanya. Akhirnya, Utsman bin Hunaif menyuruhnya untuk melaksanakan shalat hajat, sebagaimana yang telah diajarkan –tata caranya– dalam hadits. Kemudian, ia pun mengerjakannya. Setelah itu, ia pun datang kembali menemui Utsam bin Afan. Tidak disangka, Utsam bin Afan memuliakannya dan mengabulkan permintaan laki-laki tersebut. Dengan kejadian itu, ia pun menemui Utman bin Hunaif (yang telah mengajarkannya shalat hajat) dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
D. Ditolong Oleh Gubernur Thulun –Mesir–
Abu Al-Hasan As-Shaffar Al-Faqih berkata dan menceritakan,
Suatu ketika, kami bersama Al-Hasan bin Sufyan An-Naswi. Banyak orang-orang terhormat yang mengunjunginya dari berbagai negeri yang jauh untuk mengikuti majelis taklimnya, guna menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits.
Suatu hari, ia pergi menuju majelisnya, tempat ia menyampaikan riwayat-riwayat hadis, lalu ia berkata, “Dengarkanlah apa yang akan aku sampaikan kepada kalian sebelum kita memulai pelajaran. Kami memaklumi bahwa kalian adalah sekelompok orang yang diberikan banyak kenikmatan dan termasuk orang-orang yang terpandang. Kalian tinggalkan negeri kalian, berpisah dari kampung halaman dan teman-teman, hanya demi menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits. Kalian tidak menyadari bahwa kalian telah menempuh semua kesulitan ini demi ilmu, atau telah menanggung apa yang telah kalian tanggung, yaitu berupa kesusahan dan kelelahan yang menjadi salah satu konsekuensinya. Sesungguhnya aku ingin menceritakan kepada kalian sebagian kesulitan yang aku alami di dalam menuntut ilmu, serta bagaimana Allah SWT memberikan jalan keluar untukku dan para sahabatku –dengan keberkahan ilmu dan kemurnian aqidah– dari segala kesempitan dan kesulitan. Ketahuilah, sejak muda aku telah meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits.
Takdir membawaku sampai ke Maroko, kemudian menuju Mesir, bersama tujuh orang sahabatku sesama penuntut ilmu dan pendengar hadits. Kami lalu berguru kepada seorang guru, ulama yang paling menonjol pada waktu itu. Paling banyak meriwayatkan hadits, paling mengetahui sanad-sanadnya, dan paling otentik periwayatan hadisnya. Ia menjelaskan hadis setiap hari sedikit demi sedikit, sehingga memakan waktu yang cukup lama. Akibatnya, kami menjadi kehabisan bekal. Kondisinya sampai memaksa kami untuk menjual barang-barang yang kami bawa, berupa baju dan celana. Akhirnya, tidak ada lagi milik kami yang tersisa untuk memperoleh biaya makan satu hari pun.
Tiga hari tiga malam kami lalui tanpa dapat mencicipi sesuatu apa pun. Sampai pada suatu pagi di hari keempat, tak satu pun di antara kami yang dapat bergerak karena kelaparan. Kondisinya memaksa kami harus menahan rasa malu dan mengorbankan muka kami untuk meminta-minta, padahal diri kami menolak dan hati kami merasa keberatan.
Setiap orang dari kami menolak melakukan hal itu, namun situasi dan kondisinya benar-benar memaksa untuk meminta-minta. Akhirnya, semuanya sepakat untuk menuliskan nama-nama kami di atas sebuah kain dan meletakkannya di atas air, barangsiapa yang namanya muncul ke permukaan, maka ia yang harus pergi meminta dan mencari makanan untuk dirinya serta sahabat-sahabatnya.
Kain yang tertulis dengan namaku kemudian muncul ke permukaan. Aku bingung dan terkejut, dalam hatiku menolak untuk meminta-minta dan menanggung hina. Lalu, aku bergegas pergi ke satu sudut masjid untuk melakukan shalat dua rakaat dalam waktu cukup lama. Berdoa kepada Allah SWT dengan nama-nama-Nya yang Mahaagung dan kalimat-kalimat-Nya yang Mahamulia, agar menghilangkan kesusahan ini dan memberikan jalan keluarnya.
Belum selesai aku melakukan shalat, seorang pemuda tampan tiba-tiba masuk ke dalam masjid dengan pakaian bersih dan bau yang wangi, diikuti oleh seorang pengawal yang memegang sebuah sapu tangan.
Ia bertanya, “Siapa di antara kalian yang bernama Al-Hasan bin Sufyan?”
Aku mengangkat kepalaku dari sujudku, lalu menjawab, “Aku Al-Hasan bin Sufyan, apa yang Anda inginkan?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya sahabatku, Gubernur Ibnu Thulun menyampaikan salam hormat dan permohonan maafnya atas kelalaiannya di dalam memberikan perhatian mengenai kondisi kalian, juga atas kelalaian yang terjadi di dalam memenuhi hak-hak kalian. Ia mengirimkan sejumlah bekal untuk hari ini. Sedangkan besok, ia sendiri yang akan mengunjungi kalian untuk meminta maaf secara langsung.”
Pemuda tersebut memberikan di tanganku masing-masing sebuah pundi berisi uang seratus dinar. Aku heran dan kebingungan.
Maka, aku berkata kepada pemuda tersebut, “Ada kisah apakah dibalik ini semua?”
Ia berkata, “Aku adalah salah seorang pelayan khusus Gubernur Ibnu Thulun.
Pagi tadi, aku menemuinya bersama sejumlah sahabat yang lain, lalu gubernur mengatakan kepadaku, “Hari ini aku ingin menyendiri, maka pulanglah kalian ke rumah masing-masing!”
Aku pun pulang bersama yang lainnya. Sesampainya di rumah, belum sempat aku duduk, seorang utusan gubernur mendatangiku dengan tergesa-gesa, memintaku untuk kembali. Aku segera memenuhi panggilannya dan mendapatkan gubernur sedang berada sendirian di rumahnya. Ia meletakkan tangan kanannya di atas pinggangnya, menahan rasa sakit yang teramat sangat di dalam perutnya.
Ia berkata kepadaku, “Apakah engkau mengenal Al-Hasan bin Sufyan dan sahabat-sahabatnya?”
Aku menjawab, “Tidak.”
Ia berkata lagi, “Pergilah ke sektor fulan dan masjid fulan, bawalah pundi-pundi ini dan serahkan kepadanya dan para sahabatnya. Sudah tiga hari mereka kelaparan dengan kondisi yang mengenaskan. Sampaikan permintaan maafku, dan katakan bahwa besok pagi aku akan mengunjungi mereka untuk meminta maaf secara langsung.”
Pemuda itu berkata, “Aku menanyakan tentang sebab yang membuatnya berbuat demikian, maka ia berkata, ‘Ketika aku masuk ke dalam rumah ini sendiri untuk beristirahat sesaat, aku tertidur dan bermimpi melihat seorang penunggang kuda sedang berlari di angkasa dengan begitu stabilnya –seperti layaknya berlari di atas hamparan bumi– sambil memegang sebilah tombak. Aku melihatnya sambil tercengang hingga ia turun di depan pintu rumah ini, lalu meletakkan tombaknya di atas pinggangku, dan berkata, ‘Bangun, dan temuilah Al-Hasan bin Sufyan dan para sahabatnya.’ Bangun, dan temuilah mereka, sesungguhnya mereka kelaparan sejak tiga hari yang lalu di masjid fulan!’
Aku bertanya, ‘Siapakah engkau?” Ia menjawab, ‘Aku Ridhwan, penjaga pintu surga.’ Semenjak ia meletakkan ujung tombaknya di pinggangku, aku merasakan sakit yang teramat sangat, membuatku tidak dapat bergerak. Maka, segeralah engkau sampaikan uang ini kepada mereka, agar rasa sakit ini menghilang dariku.”
Al-Hasan berkata, “Kami tercengang mendengar kisah tersebut, bersyukur kepada Allah SWT dan dapat memperbaiki kembali kondisi kami. Namun, diri kami merasa tidak nyaman lagi untuk menetap di tempat itu. Agar kami tidak dikunjungi oleh gubernur dan rahasia kami diketahui oleh orang lain, sehingga menyembabkan melambungnya reputasi dan kedudukan kami, dan semua itu akan menimbulkan sifat riya’. Maka, malam itu juga kami meninggalkan Mesir. Dan, ternyata setiap orang dari kami menjadi seorang tokoh ulama dan terpandang di zamannya.
Keesokan paginya, Gubernur Ibnu Thulun datang ke tempat itu untuk mengunjungi kami, lalu dikabarkan kepadanya mengenai kepergian kami. Kemudian, ia memerintahkan untuk membeli pertokoan/pasar seluruhya dan mewakafkannya untuk kepentingan masjid dan para perantau, orang-orang penting, dan para penuntut ilmu sebagai bekal mereka, agar kebutuhan mereka tidak lagi terabaikan dan tidak mengalami seperti yang kami alami. Semua itu disebabkan oleh kekuatan agama, kebersihan aqidah dan Allah SWT Maha Pemberi Taufiq.”







































  /  38
Download this Document for Free
 

Created by: 

Syihab 

Page 34 of 38
"Di tengah-tengah kita ada Basyar Al-Uqaili, penyair hebat. Sebaiknya biar dia yangmengujimu," kata mereka.Selesai mendengar puisi-puisi karya orang itu, Basyar bilang:"Kamu termasuk anggota keluarga Nabi.""Maksudmu?" tanya laki-laki itu."Sebab, Allah berfirman, "Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya, dan bersyair itutidak layak baginya," jawab Basyar.Sumber: Al-Aqdal-Faridoleh, lbnu Abdi Rabih
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
27. MENYURUH WANITA BERPERANG

05/24/2002Dalam suatu pertemuan penting, Muhammad bin Mubasyir, menteri urusan perang, diprotesoleh Mundzir bin Abduirahman, seorang ulama ahli ilmu nahwu, karena sang menteri pernahmenyerukan kaum wanita ikut perang."Bagaimana engkau menyuruh kaum wanita ikut berperang bersama-sama laki-laki?"Dengan pura-pura tidak paham, sang menteri memutarkan protes tersebut dan menjawablain:"Seumur hidup, baru kali ini aku mendengar saran yang begitu kejam. Allah saja menyuruhwanita supaya tetap tinggal di rumah, tetapi kenapa kamu malah menganjurkan supaya ikutberperang?"Sumber: Thabaqat Al-Nahwiyyin wa Al-Lughawiyyin, Az-Zubaidi Al-Andalusi
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
28. GHASILIL MALAIKAT (ORANG YANG DIMANDIKANMALAIKAT)

05/17/2002Mekah menggelegak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahanmereka di Perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saatitu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanyaQuraisy melarang semua penduduk Mekah meratapi para korban di Badr dan tidak perluterburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa diatas anginkarena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.
http://htmlimg4.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/34-5117cf578a.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 35 of 38
Hingga tibalah saatnya Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpamengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Ayahnya adalah seorangtabib yang disebut si Fasik.Hanzhalah baru saja melangsungkan pernikahan. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yangsaat itu dia masih berada dalam pelukan istrinya, maka dia segera melepaskan pelukanistrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun kekancah pertempuranberhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapanlangsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Pada saat itu dia sudahdapat menundukan Abu Sufyan, namun hal itu diketahui oleh Syaddad bin Al-Aswad yangkemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid.Tatkala perang usai dimana kaum muslimin menghimpun jasad para syuhada dan akanmenguburkannya, mereka kehilangan usungan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesanakemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuranair disana.Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikatsedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apadengan dirinya?"Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saatberangkat perang. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat). Wallahu ta'ala 'alamSumber: Sirah Nabawiyah, Syeikh Shafiyyur Rahman Al MubarakfuryOleh: Abu Rumaysa Iwan Sutedi
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
29. PETI UMMUL BANIN

05/10/2002Diceritakan, Ummul Banin Abdul Aziz bin Marwan, isteri Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik,pernah jatuh cinta kepada seorang penyair Yaman, bernama Wadlah yang berwajah cukuptampan.Atas undangan rahasia Ummul Banin, penyair Yaman itu datang menemuinya di rumah; saat ituKhalifah Al-Walid sedang bepergian. Merasa takut ketahuan, ia menyembunyikan Wadlah didalam sebuah peti lalu menutupnya rapat-rapat. Namun, mendadak seorang pelayan masukdan sempat melihat ada seorang laki-laki dalam sebuah peti; Ia pura-pura tidak tahu.Kebetulan Khalifah Al Walid tiba; pelayan itu langsung melaporkan apa yang baru sajadilihatnya; semula sang Khalifah tidak percaya."Tuan Amirul Mukminin, buktikan sendiri," kata pelayan.
http://htmlimg2.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/35-aa0493f4cb.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 36 of 38
Khalifah Al-Walid masuk ke kamar dan mendapati isterinya sedang menyisir rambut sambilduduk di atas sebuah peti."Isteriku, aku ingin memeriksa peti-peti di kamar ini," kata khalifah."Silakan, peti-peti ini memang milikmu, Amirul Mukminin," jawab isterinya.Khalifah menimpali, "Tetapi aku hanya ingin satu peti saja.""Silakan, mana yang engkau inginkan - ambillah.""Peti yang kamu duduki itu, " sahut khalifah.Ummul Banin terperangah mendengarnya; sekujur tubuhnya terasa gemetar; perasaannyakalut. Namun, ia mencoba untuk menutupi semua itu."Yang lainnya malah lebih baik. Lagi pula, di peti yang satu ini ada barang-barang keperluanku," tutur isterinya.Khalifah menjawab, "Aku menginginkan yang satu ini saja."Dengan rasa putus asa, isterinya menjawab, "Ambillah, kalau begitu."Khalifah Al-Walid segera memerintahkan seorang pelayan untuk mengangkat peti tersebutke halaman belakang istana, dan meletakkannya di bibir sumur tua. Ummul Banin, isterikhalifah, menatap sedih sambil menangis dari kejauhan; ia tidak berani mendekat. Ia tidaktahu nasib apa yang akan menimpa laki-laki simpanannya itu; hatinya gundah gulana.Pelan-pelan, Khalifah Al-Walid menghampiri peti tersebut (sebenarnya ia sangat marah,namun ia berusaha menahannya)."Hai orang yang ada dibdalam peti, kalau berita yang kami dengar adanya, berarti kamimenguburmu, berikut kenangan manismu untuk selamanya. Tetapi, jika kabar itu bohong,berarti kami hanya mengubur kayu," kata Khalifah sambil melemparkan peti ke dasar sumur.Setelah menyuruh menimbunnya dengan pasir sampai rata dengan tanah, Khalifah masuk keistana. Sejak itu, penyair Yaman bernama Wadlah tidak pernah tampak. Ummul Banin tidakmelihat ada kemarahan pada wajah suaminya, hingga kematian memisahkan mereka berdua.Sumber: Wafyat Al-A'yan, Ibnu Khalkan
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
30. PENJUAL MINYAK WANGI DAN SEUNTAI KALUNG

05/04/2002Seorang pemuda tiba di Baghdad dalam perjalanannya menunaikan ibadah haji ke tanah suci.Ia membawa seuntai kalung senilai seribu dinar. Ia sudah berusaha keras untuk menjualnya,namun tidak seorang pun yang mau membelinya. Akhirnya ia menemui seorang penjual minyakwangi yang terkenal baik, kemudian menitipkan kalungnya. Selanjutnya ia meneruskanperjalanannya.
http://htmlimg1.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/36-e036ea3758.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 37 of 38
Selesai menunaikan ibadah haji ia mampir di Baghdad untuk mengambil kembali kalungnya.Sebagai ucapan terima kasih ia membawa hadiah untuk penjual minyak wangi itu."Saya ingin mengambil kembali kalung yang saya titipkan, dan ini sekedar hadiah buat Anda,"katanya."Siapa kamu? Dan hadiah apa ini?," tanya penjual minyak wangi."Aku pemilik kalung yang dititipkan pada Anda," jawabnya mengingatkan.Tanpa banyak bicara, penjual minyak wangi menendangnya dengan kasar, sehingga ia hampir jatuh terjerembab dari teras kios, seraya berkata, "Sembarangan saja kamu menuduhkuseperti itu."Tidak lama kemudian orang-orang berdatangan mengerumuni pemuda yang malang itu. Tanpatahu persoalan yang sebenarnya, mereka ikut menyalahkannya dan membela penjual minyakwangi. "Baru kali ada yang berani menuduh yang bukan-bukan kepada orang sebaik dia," katamereka.Laki-laki itu bingung. Ia mencoba memberikan penjelasan yang sebenarnya. Tetapi merekatidak mau mendengar, bahkan mereka mencaci maki dan memukulinya sampai babak belur dan jatuh pingsan.Begitu siuman, ia melihat seorang berada di dekatnya. "Sebaiknya kamu temui saja SultanBuwaihi yang adil; ceritakan masalahmu apa adanya. Saya yakin ia akan menolongmu," kataorang yang baik itu.Dengan langkah tertatih-tatih pemuda malang ini menuju kediaman Sultan Buwaihi. Ia inginmeminta keadilan. Ia menceritakan dengan jujur semua yang telah terjadi."Baiklah, besok pagi-pagi sekali pergilah kamu menemui penjual minyak wangi itu di tokonya.Ajak ia bicara baik-baik. Jika ia tidak mau, duduk saja di depan tokonya sepanjang hari dan jangan bicara apa-apa dengannya. Lakukan itu sampai tiga hari. Sesudah itu aku akanmenyusulmu. Sambut kedatanganku biasa-biasa saja. Kamu tidak perlu memberi hormatpadaku kecuali menjawab salam serta pertanyaan-pertanyaanku," kata Sultan Buwaihi.Pagi-pagi buta pemuda itu sudah tiba di toko penjual minyak wangi. Ia minta izin ingin bicara,tetapi ditolak. Maka seperti saran Sultan Buwaihi, ia lalu duduk di depan toko selama tigahari, dan tutup mulut.Pada hari keempat, Sultan datang dengan rombongan pasukan cukup besar."Assalamu'alaikum," kata Sultan."Wa'alaikum salam," jawab pemuda acuh tanpa gerak."Kawan, rupanya kamu sudah tiba di Baghdad. Kenapa Anda tidak singgah di tempat kami?Kami pasti akan memenuhi semua kebutuhan Anda," kata Sultan."Terima kasih," jawab pemuda itu acuh, dan tetap tidak bergerak.Saat Sultan terus menanyai pemuda ini, rombongan pasukan yang berjumlah besar itu majumerangsak. Karena takut dan gemetar melihatnya, si penjual minyak wangi jatuh pingsan.Begitu siuman, keadaan di sekitarnya sudah lengang. Yang ada hanya sang pemuda, yang masihtetap duduk tenang di depan toko. Penjual minyak wangi menghampirinya dan berkata:
http://htmlimg2.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/37-abd72c04b2.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 38 of 38
"Sialan! Kapan kamu titipkan kalung itu kepadanya? Kamu bungkus dengan apa barangtersebut? Tolong bantu aku mengingatnya."Si Pemuda tetap diam saja. Ia seolah tidak mendengar semuanya. Penjual minyak wangi sibukmondar-mandir kesana kemari mencarinya. Sewaktu ia mengangkat dan dan membalikkansebuah guci, tiba-tiba jatuh seuntai kalung."Ini kalungnya. Aku benar-benar lupa. Untung kamu mengingatkan aku," katanya.Sumber: Akhbar Adzkiya, Ibn Al-Jauzi
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
31. AMIR ANDALUSIA DAN BUDAK PEREMPUANNYA

04/26/2002Abdurrahman bin Al-Hakam, Amir Andalusia, mengundang sejumlah ahli fiqih di kediamannya.Ia sedang menghadapi masalah pelik. Pada siang hari bulan Ramadhan telah melakukanhubungan seksual dengan budak perempuannya. Saat itu ia benar-benar tidak sanggupmenahan hasrat birahinya. Ia ingin bertanya kepada para ulama ahli fiqih bagaimana carabertaubat dan membayar kafarat."Selain bertaubat kepada Allah dengan sungguh-sunguh, Engkau harus berpuasa dua bulanberturut-turut," kata seorang ulama bernama Yahya bin Yahya Al-Laitsi.Ulama-ulama yang lain diam saja: tak seorang pun menyanggahnya, mendengar jawaban Yahyatersebut. Tetapi, begitu keluar dari kediaman sang Amir, beberapa ulama menghampiri Yahyadan bertanya, "Mengapa engkau tadi tidak memberikan fatwa berdasarkan Imam Malik?Sehingga ia bisa memilih tiga saksi secara berurutan: memerdekakan budak, ataumemberikan makan sejumlah orang miskin, baru berpuasa selama dua bulan berturut-turut.""Kalau itu yang aku sampaikan, keenakan dia, mungkin setiap hari akan mengulangiperbuatannya itu karena baginya memerdekakan budak itu masalah yang ringan. Aku sengajapilihkan yang paling berat, supaya tidak mengulanginya lagi." jawab Yahya.Sumber: Wafyat Al-A'yan, Ibnu Khalkan

CATATAN JUM'AT



[CATATAN JUMAT]

Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa pun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.

“Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit.” “Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati.”

Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup.”

Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.

Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng.

Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini?

Kita tidak menyadari sifat. kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita.

“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku,” kata Sang Guru.

“Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup,” pria itu menolak tawaran sang guru.

“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya, memang saya sudah bosan hidup.” “Baiklah, kalau

begitu maumu. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang. Besok malam kau akan mati dengan tenang.”

Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat

hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia menerimanya dengan senang hati.

Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol”obat” dari Sang Guru. Dan… ia merasakan ketenangan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.. . Begitu santai! Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu,ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Pikir-pikir malam terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai

banget! Sebelum tidur, ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu. “

Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya.

Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali.

Selama ini, mungkin aku salah, “Maafkan aku, sayang.”

Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat.

Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, ”Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami.”

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali.Seketika hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum? Ia mendatangi Sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh!

Jika kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan kesadaran bahwa engkau bisa mati kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Hilangkan egomu, keangkuhanmu. Jadilah lembut,selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan. Itulah kunci kebahagiaan. “

Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja.´Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu bahagia!

Tunggu. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita

BISA MATI KAPAN SAJA.

Tapi masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa

kita BISA MATI KAPAN SAJA?





Rasulullah dan Sedekah yang Bernilai

Bismillahirr Rahmanirr Rahim ...

Suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu?”

Pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa dipakai sehari-hari dan sebuah cangkir.” Rasul lalu berkata, “Ambil dan serahkan ke saya!”

Pengemis itupun pulang mengambil satu-satunya cangkir miliknya dan kembali lagi pada Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian menawarkan cangkir itu kepada para sahabat, “Adakah di antara kalian yang ingin membeli ini?” Seorang sahabat menyahut, “Saya beli dengan satu dirham.”

Rasulullah SAW menawarkannya kembali, “Adakah di antara kalian yang ingin membayar lebih?” Lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan harga dua dirham.

Rasulullah SAW memberikan dua dirham itu kepada si pengemis lalu menyuruhnya menggunakan uang itu untuk membeli makanan untuk keluarganya dan sisa uangnya digunakan untuk membeli kapak. Rasullulah SAW berkata, “Carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu.” Sambil melepas kepergiannya Rasulullah SAW pun memberinya uang untuk ongkos.

Dua minggu kemudian pengemis itu datang kembali menghadap Rasulullah SAW sambil membawa uang sepuluh dirham hasil dari penjualan kayu. Kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya seraya bersada, “ Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-meminta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-benar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat sesorang tidak bisa berusaha.“



Sungguh suatu pelajaran berharga bisa kita dapat dari Rasulullah SAW. Beliau tidak hanya memberikan sedekah pada fakir miskin, namun juga memberikan ‘kail’ kepada mereka agar kelak mereka bisa hidup mandiri.
SubhanAllah.

Referensi: Hadits yang diceritakan Anas bin Malik (HR Abu Daud)

>>>>>>>> PAS SUASANA KRAM OTAK....Se-x ;lg hanya utk membuat kalaian tersenyum blur!!!! jgn marah and ndongkol ,yaa? trmkasih,.....wakakaka

SUatu hari ada seorg IBU yg akan menikahkan anak Gadisnya dgn kondisi ekonomi yg sgt miskin...dan kayaknya Calon Suaminya jg dgn kondisi yg sama. karena kasihan tdk bisa beli pakaian buat anaknya, Si Ibu ini membuat sendiri pakaian dlm anaknya dgn menjahitnya sendiri dr sebuah karung & spanduk.
Tibalah saat pernikahan dan malam pertama datang.....
Ketika sedang asyik2nya .......SANG SUAMI terbelalak
Karena kaget melihat BH istrinya bertuliskan
"BERAT BERSIH 25 KG , HATI2 BERACUN"...!!! X_X
Sedang di CD nya tertulis : CUKUP DICONTRENG , JANGAN DICOBLOS ...!!
akhirnya sang suamipun pingsan.....
Dan kisah penderitaan orang susah yg tdk bisa menikmati malam pertama pun berlanjut.

Karena keesokan harinya ...
Gantian Sumini yg pingsan krn melihat CD suaminya yg terbuat dari bekas spanduk jamu nyonya meneer yg bertuliskan : "BERDIRI SEJAK 1918"..!!!

Kasihan Bener..BERAT BERAT BRO!!
Top of Form
Bottom of Form












Tangis ‘Aisyah RHA Saat Peristiwa Haditsul Ifki (Kabar Burung)
Al-Qasim menuturkan, “Jika aku pergi, maka aku mampir terlebih dahulu ke rumah Aisyah untuk mengucapkan salam kepadanya. Suatu hari aku pergi, ternyata ia berdiri dalam keadaan bertasbih dan membaca firman Allah SWT, ‘Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka.’ (Ath-Thur: 27).
Ia berdoa dan menangis seraya mengulang-ulang ayat tersebut, sehingga aku jemu berdiri, lalu aku pergi ke pasar untuk keperluanku. Kemudian aku kembali, ternyata ia masih berdiri seperti sediakala dalam keadaan shalat dan menangis.”
Itulah Aisyah Ummul Mukminin RHA yang dizhalimi orang-orang muslim menurut zhahirnya, padahal mereka sebenarnya adalah kaum munafik, dalam peristiwa berita dusta yang nyaris menghancurkan rumah tangga Nabi SAW dalam peristiwa yang menyakitkan dari pihak kaum munafik dan kaum yang berakhlak buruk yang tidak memperhatikan bahwa dia adalah istri Nabi SAW dan bahwa dia dizhalimi, padahal dia lebih suci daripada mereka. Tetapi ini adalah fitnah yang sepanjang zaman selalu menampakkan bisa dan kuman yang ingin mencemari orang-orang bersih dan orang-orang baik secara zhalim dan dusta. Tetapi orang yang dizhalimi tidak bisa berbuat apa-apa selain menuju dan bersandar ke haribaan Allah SWT. Berapa banyak kita mendengar manusia hina memfitnah orang-orang baik dengan tuduhan dusta padahal mereka terbebas dari semua tuduhan tersebut, kecuali karena mereka kaum yang shalih, mendapatkan taufik dan meraih kesuksesan. Manusia yang hina, mereka sebenarnya bukanlah manusia, tetapi setan pengecut yang dengki dan hasad terhadap setiap orang yang diberi taufik oleh Allah SWT. Orang-orang yang mengigau ini tidak mempunyai senjata kecuali memberitakan melalui berbagai surat kabar kaum sekuler yang hina seperti mereka. Mereka lupa bahwa Allah SWT Memberikan balasan lagi Mahaperkasa, Dia menangguhkan dan bukan membiarkan. Mahabenar Allah, ketika berfirman, “Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.” (Thaha: 61).
Dusta adalah senjata kaum pengecut, kaum munafik, dan manusia yang hina. Karena itu, Aisyah SAW menangis siang malam, karena masalahnya sungguh menyakitkan, mengapa orang yang tidak bersalah dan tidak pernah menyakiti siapa pun dituduh.
Lebih terkutuk dari kezhaliman ini adalah menuduh berzina wanita yang baik-baik lagi beriman. Kemudian datang pembebasan terhadap Ummul Mukminin Aisyah SAW dari atas tujuh langit di dalam al-Qur’an yang akan selalu dibaca hingga Hari Kiamat, sehingga setiap munafik lagi pendusta terdiam. Demikianlah Ummul Mu’minin terbebas dari berita dusta yang ditebarkan oleh kaum munafik yang tidak menginginkan kebaikan tetapi menginginkan fitnah. Bagi Merekalah hukuman di dunia dan akhirat, serta mereka diancam al-Qur’an dengan adzab yang pedih. Mahabenar Allah SWT, ketika berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagimu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap orang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar.”(An-Nur: 11)
Demikianlah air mata Ummul Mukminin Aisyah RHA tumpah demi mengharapkan pahala dan berlindung kepada Dzat yang tiada tempat berlindung kecuali kepadaNya sehingga dia mendapatkan pembebasan dari Allah SWT.

Kisah-kisah di Balik Keajaiban Shalat Hajat
Mereka yang mendapatkan keajaiban Shalat Hajat
A. Menghidupkan Keledai yang Mati
Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat, setelah itu berdoa. Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini. Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.” (HR Baihaqi; ia mengatakan, sanad cerita ini shahih)
B. Tercapainya Seluruh Hajat
Di dalam kitab Hasyiyatu Ibnu ‘Aabidiin, disebutkan bahwa di dalam shalat hajat, pada rakaat pertama dibaca surah Al-Fatihah dan ayat Kursi tiga kali kemudian pada tiga rakaat sisanya dibaca surah Al-Fatihan dan Al-Ikhlash, Al-Falak, dan An-Nas satu kali. Maka itu sebanding dengan Lailatul Qadr . Guru-gurunya melaksanakan shalat ini, dan tercapai seluruh hajatnya.
C. Dikabulkan Permintaannya Oleh Khalifah Utsman bin Afan
Dalam kitab Mu’jamu ash-Shoghir wal Kabiir, Imam Thabrani menceritakan:
Ada seorang laki-laki memiliki kebutuhan (hajat), kemudian ia memintanya kepada Amirulmukminin Utsman bin Afan, tetapi Utsam bin Afan tidak memberikan apa yang dimintanya. Kemudian ia bertemu seseorang, yaitu Utsman bin Hunaif. Lalu ia mengadukan permasalannya kepadanya. Akhirnya, Utsman bin Hunaif menyuruhnya untuk melaksanakan shalat hajat, sebagaimana yang telah diajarkan –tata caranya– dalam hadits. Kemudian, ia pun mengerjakannya. Setelah itu, ia pun datang kembali menemui Utsam bin Afan. Tidak disangka, Utsam bin Afan memuliakannya dan mengabulkan permintaan laki-laki tersebut. Dengan kejadian itu, ia pun menemui Utman bin Hunaif (yang telah mengajarkannya shalat hajat) dan mengucapkan terima kasih kepadanya.
D. Ditolong Oleh Gubernur Thulun –Mesir–
Abu Al-Hasan As-Shaffar Al-Faqih berkata dan menceritakan,
Suatu ketika, kami bersama Al-Hasan bin Sufyan An-Naswi. Banyak orang-orang terhormat yang mengunjunginya dari berbagai negeri yang jauh untuk mengikuti majelis taklimnya, guna menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits.
Suatu hari, ia pergi menuju majelisnya, tempat ia menyampaikan riwayat-riwayat hadis, lalu ia berkata, “Dengarkanlah apa yang akan aku sampaikan kepada kalian sebelum kita memulai pelajaran. Kami memaklumi bahwa kalian adalah sekelompok orang yang diberikan banyak kenikmatan dan termasuk orang-orang yang terpandang. Kalian tinggalkan negeri kalian, berpisah dari kampung halaman dan teman-teman, hanya demi menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits. Kalian tidak menyadari bahwa kalian telah menempuh semua kesulitan ini demi ilmu, atau telah menanggung apa yang telah kalian tanggung, yaitu berupa kesusahan dan kelelahan yang menjadi salah satu konsekuensinya. Sesungguhnya aku ingin menceritakan kepada kalian sebagian kesulitan yang aku alami di dalam menuntut ilmu, serta bagaimana Allah SWT memberikan jalan keluar untukku dan para sahabatku –dengan keberkahan ilmu dan kemurnian aqidah– dari segala kesempitan dan kesulitan. Ketahuilah, sejak muda aku telah meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu dan mencatat riwayat hadits.
Takdir membawaku sampai ke Maroko, kemudian menuju Mesir, bersama tujuh orang sahabatku sesama penuntut ilmu dan pendengar hadits. Kami lalu berguru kepada seorang guru, ulama yang paling menonjol pada waktu itu. Paling banyak meriwayatkan hadits, paling mengetahui sanad-sanadnya, dan paling otentik periwayatan hadisnya. Ia menjelaskan hadis setiap hari sedikit demi sedikit, sehingga memakan waktu yang cukup lama. Akibatnya, kami menjadi kehabisan bekal. Kondisinya sampai memaksa kami untuk menjual barang-barang yang kami bawa, berupa baju dan celana. Akhirnya, tidak ada lagi milik kami yang tersisa untuk memperoleh biaya makan satu hari pun.
Tiga hari tiga malam kami lalui tanpa dapat mencicipi sesuatu apa pun. Sampai pada suatu pagi di hari keempat, tak satu pun di antara kami yang dapat bergerak karena kelaparan. Kondisinya memaksa kami harus menahan rasa malu dan mengorbankan muka kami untuk meminta-minta, padahal diri kami menolak dan hati kami merasa keberatan.
Setiap orang dari kami menolak melakukan hal itu, namun situasi dan kondisinya benar-benar memaksa untuk meminta-minta. Akhirnya, semuanya sepakat untuk menuliskan nama-nama kami di atas sebuah kain dan meletakkannya di atas air, barangsiapa yang namanya muncul ke permukaan, maka ia yang harus pergi meminta dan mencari makanan untuk dirinya serta sahabat-sahabatnya.
Kain yang tertulis dengan namaku kemudian muncul ke permukaan. Aku bingung dan terkejut, dalam hatiku menolak untuk meminta-minta dan menanggung hina. Lalu, aku bergegas pergi ke satu sudut masjid untuk melakukan shalat dua rakaat dalam waktu cukup lama. Berdoa kepada Allah SWT dengan nama-nama-Nya yang Mahaagung dan kalimat-kalimat-Nya yang Mahamulia, agar menghilangkan kesusahan ini dan memberikan jalan keluarnya.
Belum selesai aku melakukan shalat, seorang pemuda tampan tiba-tiba masuk ke dalam masjid dengan pakaian bersih dan bau yang wangi, diikuti oleh seorang pengawal yang memegang sebuah sapu tangan.
Ia bertanya, “Siapa di antara kalian yang bernama Al-Hasan bin Sufyan?”
Aku mengangkat kepalaku dari sujudku, lalu menjawab, “Aku Al-Hasan bin Sufyan, apa yang Anda inginkan?”
Ia menjawab, “Sesungguhnya sahabatku, Gubernur Ibnu Thulun menyampaikan salam hormat dan permohonan maafnya atas kelalaiannya di dalam memberikan perhatian mengenai kondisi kalian, juga atas kelalaian yang terjadi di dalam memenuhi hak-hak kalian. Ia mengirimkan sejumlah bekal untuk hari ini. Sedangkan besok, ia sendiri yang akan mengunjungi kalian untuk meminta maaf secara langsung.”
Pemuda tersebut memberikan di tanganku masing-masing sebuah pundi berisi uang seratus dinar. Aku heran dan kebingungan.
Maka, aku berkata kepada pemuda tersebut, “Ada kisah apakah dibalik ini semua?”
Ia berkata, “Aku adalah salah seorang pelayan khusus Gubernur Ibnu Thulun.
Pagi tadi, aku menemuinya bersama sejumlah sahabat yang lain, lalu gubernur mengatakan kepadaku, “Hari ini aku ingin menyendiri, maka pulanglah kalian ke rumah masing-masing!”
Aku pun pulang bersama yang lainnya. Sesampainya di rumah, belum sempat aku duduk, seorang utusan gubernur mendatangiku dengan tergesa-gesa, memintaku untuk kembali. Aku segera memenuhi panggilannya dan mendapatkan gubernur sedang berada sendirian di rumahnya. Ia meletakkan tangan kanannya di atas pinggangnya, menahan rasa sakit yang teramat sangat di dalam perutnya.
Ia berkata kepadaku, “Apakah engkau mengenal Al-Hasan bin Sufyan dan sahabat-sahabatnya?”
Aku menjawab, “Tidak.”
Ia berkata lagi, “Pergilah ke sektor fulan dan masjid fulan, bawalah pundi-pundi ini dan serahkan kepadanya dan para sahabatnya. Sudah tiga hari mereka kelaparan dengan kondisi yang mengenaskan. Sampaikan permintaan maafku, dan katakan bahwa besok pagi aku akan mengunjungi mereka untuk meminta maaf secara langsung.”
Pemuda itu berkata, “Aku menanyakan tentang sebab yang membuatnya berbuat demikian, maka ia berkata, ‘Ketika aku masuk ke dalam rumah ini sendiri untuk beristirahat sesaat, aku tertidur dan bermimpi melihat seorang penunggang kuda sedang berlari di angkasa dengan begitu stabilnya –seperti layaknya berlari di atas hamparan bumi– sambil memegang sebilah tombak. Aku melihatnya sambil tercengang hingga ia turun di depan pintu rumah ini, lalu meletakkan tombaknya di atas pinggangku, dan berkata, ‘Bangun, dan temuilah Al-Hasan bin Sufyan dan para sahabatnya.’ Bangun, dan temuilah mereka, sesungguhnya mereka kelaparan sejak tiga hari yang lalu di masjid fulan!’
Aku bertanya, ‘Siapakah engkau?” Ia menjawab, ‘Aku Ridhwan, penjaga pintu surga.’ Semenjak ia meletakkan ujung tombaknya di pinggangku, aku merasakan sakit yang teramat sangat, membuatku tidak dapat bergerak. Maka, segeralah engkau sampaikan uang ini kepada mereka, agar rasa sakit ini menghilang dariku.”
Al-Hasan berkata, “Kami tercengang mendengar kisah tersebut, bersyukur kepada Allah SWT dan dapat memperbaiki kembali kondisi kami. Namun, diri kami merasa tidak nyaman lagi untuk menetap di tempat itu. Agar kami tidak dikunjungi oleh gubernur dan rahasia kami diketahui oleh orang lain, sehingga menyembabkan melambungnya reputasi dan kedudukan kami, dan semua itu akan menimbulkan sifat riya’. Maka, malam itu juga kami meninggalkan Mesir. Dan, ternyata setiap orang dari kami menjadi seorang tokoh ulama dan terpandang di zamannya.
Keesokan paginya, Gubernur Ibnu Thulun datang ke tempat itu untuk mengunjungi kami, lalu dikabarkan kepadanya mengenai kepergian kami. Kemudian, ia memerintahkan untuk membeli pertokoan/pasar seluruhya dan mewakafkannya untuk kepentingan masjid dan para perantau, orang-orang penting, dan para penuntut ilmu sebagai bekal mereka, agar kebutuhan mereka tidak lagi terabaikan dan tidak mengalami seperti yang kami alami. Semua itu disebabkan oleh kekuatan agama, kebersihan aqidah dan Allah SWT Maha Pemberi Taufiq.”







































  /  38
Download this Document for Free
 

Created by: 

Syihab 

Page 34 of 38
"Di tengah-tengah kita ada Basyar Al-Uqaili, penyair hebat. Sebaiknya biar dia yangmengujimu," kata mereka.Selesai mendengar puisi-puisi karya orang itu, Basyar bilang:"Kamu termasuk anggota keluarga Nabi.""Maksudmu?" tanya laki-laki itu."Sebab, Allah berfirman, "Dan kami tidak mengajarkan syair kepadanya, dan bersyair itutidak layak baginya," jawab Basyar.Sumber: Al-Aqdal-Faridoleh, lbnu Abdi Rabih
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
27. MENYURUH WANITA BERPERANG

05/24/2002Dalam suatu pertemuan penting, Muhammad bin Mubasyir, menteri urusan perang, diprotesoleh Mundzir bin Abduirahman, seorang ulama ahli ilmu nahwu, karena sang menteri pernahmenyerukan kaum wanita ikut perang."Bagaimana engkau menyuruh kaum wanita ikut berperang bersama-sama laki-laki?"Dengan pura-pura tidak paham, sang menteri memutarkan protes tersebut dan menjawablain:"Seumur hidup, baru kali ini aku mendengar saran yang begitu kejam. Allah saja menyuruhwanita supaya tetap tinggal di rumah, tetapi kenapa kamu malah menganjurkan supaya ikutberperang?"Sumber: Thabaqat Al-Nahwiyyin wa Al-Lughawiyyin, Az-Zubaidi Al-Andalusi
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
28. GHASILIL MALAIKAT (ORANG YANG DIMANDIKANMALAIKAT)

05/17/2002Mekah menggelegak terbakar kebencian terhadap orang-orang Muslim karena kekalahanmereka di Perang Badr dan terbunuhnya sekian banyak pemimpin dan bangsawan mereka saatitu. Hati mereka membara dibakar keinginan untuk menuntut balas. Bahkan karenanyaQuraisy melarang semua penduduk Mekah meratapi para korban di Badr dan tidak perluterburu-buru menebus para tawanan, agar orang-orang Muslim tidak merasa diatas anginkarena tahu kegundahan dan kesedihan hati mereka.
http://htmlimg4.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/34-5117cf578a.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 35 of 38
Hingga tibalah saatnya Perang Uhud. Di antara pahlawan perang yang bertempur tanpamengenal rasa takut pada waktu itu adalah Hanzhalah bin Abu Amir. Ayahnya adalah seorangtabib yang disebut si Fasik.Hanzhalah baru saja melangsungkan pernikahan. Saat mendengar gemuruh pertempuran, yangsaat itu dia masih berada dalam pelukan istrinya, maka dia segera melepaskan pelukanistrinya dan langsung beranjak untuk berjihad. Saat sudah terjun kekancah pertempuranberhadapan dengan pasukan musyrikin, dia menyibak barisan hingga dapat berhadapanlangsung dengan komandan pasukan musuh, Abu Sufyan bin Harb. Pada saat itu dia sudahdapat menundukan Abu Sufyan, namun hal itu diketahui oleh Syaddad bin Al-Aswad yangkemudian menikamnya hingga meninggal dunia sebagai syahid.Tatkala perang usai dimana kaum muslimin menghimpun jasad para syuhada dan akanmenguburkannya, mereka kehilangan usungan mayat Hanzhalah. Setelah mencari kesanakemari, mereka mendapatkannya di sebuah gundukan tanah yang masih menyisakan guyuranair disana.Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengabarkan kepada para shahabatnya bahwa malaikatsedang memandikan jasadnya. Lalu beliau bersabda, "Tanyakan kepada keluarganya, ada apadengan dirinya?"Lalu mereka bertanya kepada istrinya, dan dikabarkan tentang keadaannya sedang junub saatberangkat perang. Dari kejadian ini Hanzhalah mendapatkan julukan Ghasilul Malaikat (Orang yang dimandikan malaikat). Wallahu ta'ala 'alamSumber: Sirah Nabawiyah, Syeikh Shafiyyur Rahman Al MubarakfuryOleh: Abu Rumaysa Iwan Sutedi
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
29. PETI UMMUL BANIN

05/10/2002Diceritakan, Ummul Banin Abdul Aziz bin Marwan, isteri Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik,pernah jatuh cinta kepada seorang penyair Yaman, bernama Wadlah yang berwajah cukuptampan.Atas undangan rahasia Ummul Banin, penyair Yaman itu datang menemuinya di rumah; saat ituKhalifah Al-Walid sedang bepergian. Merasa takut ketahuan, ia menyembunyikan Wadlah didalam sebuah peti lalu menutupnya rapat-rapat. Namun, mendadak seorang pelayan masukdan sempat melihat ada seorang laki-laki dalam sebuah peti; Ia pura-pura tidak tahu.Kebetulan Khalifah Al Walid tiba; pelayan itu langsung melaporkan apa yang baru sajadilihatnya; semula sang Khalifah tidak percaya."Tuan Amirul Mukminin, buktikan sendiri," kata pelayan.
http://htmlimg2.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/35-aa0493f4cb.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 36 of 38
Khalifah Al-Walid masuk ke kamar dan mendapati isterinya sedang menyisir rambut sambilduduk di atas sebuah peti."Isteriku, aku ingin memeriksa peti-peti di kamar ini," kata khalifah."Silakan, peti-peti ini memang milikmu, Amirul Mukminin," jawab isterinya.Khalifah menimpali, "Tetapi aku hanya ingin satu peti saja.""Silakan, mana yang engkau inginkan - ambillah.""Peti yang kamu duduki itu, " sahut khalifah.Ummul Banin terperangah mendengarnya; sekujur tubuhnya terasa gemetar; perasaannyakalut. Namun, ia mencoba untuk menutupi semua itu."Yang lainnya malah lebih baik. Lagi pula, di peti yang satu ini ada barang-barang keperluanku," tutur isterinya.Khalifah menjawab, "Aku menginginkan yang satu ini saja."Dengan rasa putus asa, isterinya menjawab, "Ambillah, kalau begitu."Khalifah Al-Walid segera memerintahkan seorang pelayan untuk mengangkat peti tersebutke halaman belakang istana, dan meletakkannya di bibir sumur tua. Ummul Banin, isterikhalifah, menatap sedih sambil menangis dari kejauhan; ia tidak berani mendekat. Ia tidaktahu nasib apa yang akan menimpa laki-laki simpanannya itu; hatinya gundah gulana.Pelan-pelan, Khalifah Al-Walid menghampiri peti tersebut (sebenarnya ia sangat marah,namun ia berusaha menahannya)."Hai orang yang ada dibdalam peti, kalau berita yang kami dengar adanya, berarti kamimenguburmu, berikut kenangan manismu untuk selamanya. Tetapi, jika kabar itu bohong,berarti kami hanya mengubur kayu," kata Khalifah sambil melemparkan peti ke dasar sumur.Setelah menyuruh menimbunnya dengan pasir sampai rata dengan tanah, Khalifah masuk keistana. Sejak itu, penyair Yaman bernama Wadlah tidak pernah tampak. Ummul Banin tidakmelihat ada kemarahan pada wajah suaminya, hingga kematian memisahkan mereka berdua.Sumber: Wafyat Al-A'yan, Ibnu Khalkan
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
30. PENJUAL MINYAK WANGI DAN SEUNTAI KALUNG

05/04/2002Seorang pemuda tiba di Baghdad dalam perjalanannya menunaikan ibadah haji ke tanah suci.Ia membawa seuntai kalung senilai seribu dinar. Ia sudah berusaha keras untuk menjualnya,namun tidak seorang pun yang mau membelinya. Akhirnya ia menemui seorang penjual minyakwangi yang terkenal baik, kemudian menitipkan kalungnya. Selanjutnya ia meneruskanperjalanannya.
http://htmlimg1.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/36-e036ea3758.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 37 of 38
Selesai menunaikan ibadah haji ia mampir di Baghdad untuk mengambil kembali kalungnya.Sebagai ucapan terima kasih ia membawa hadiah untuk penjual minyak wangi itu."Saya ingin mengambil kembali kalung yang saya titipkan, dan ini sekedar hadiah buat Anda,"katanya."Siapa kamu? Dan hadiah apa ini?," tanya penjual minyak wangi."Aku pemilik kalung yang dititipkan pada Anda," jawabnya mengingatkan.Tanpa banyak bicara, penjual minyak wangi menendangnya dengan kasar, sehingga ia hampir jatuh terjerembab dari teras kios, seraya berkata, "Sembarangan saja kamu menuduhkuseperti itu."Tidak lama kemudian orang-orang berdatangan mengerumuni pemuda yang malang itu. Tanpatahu persoalan yang sebenarnya, mereka ikut menyalahkannya dan membela penjual minyakwangi. "Baru kali ada yang berani menuduh yang bukan-bukan kepada orang sebaik dia," katamereka.Laki-laki itu bingung. Ia mencoba memberikan penjelasan yang sebenarnya. Tetapi merekatidak mau mendengar, bahkan mereka mencaci maki dan memukulinya sampai babak belur dan jatuh pingsan.Begitu siuman, ia melihat seorang berada di dekatnya. "Sebaiknya kamu temui saja SultanBuwaihi yang adil; ceritakan masalahmu apa adanya. Saya yakin ia akan menolongmu," kataorang yang baik itu.Dengan langkah tertatih-tatih pemuda malang ini menuju kediaman Sultan Buwaihi. Ia inginmeminta keadilan. Ia menceritakan dengan jujur semua yang telah terjadi."Baiklah, besok pagi-pagi sekali pergilah kamu menemui penjual minyak wangi itu di tokonya.Ajak ia bicara baik-baik. Jika ia tidak mau, duduk saja di depan tokonya sepanjang hari dan jangan bicara apa-apa dengannya. Lakukan itu sampai tiga hari. Sesudah itu aku akanmenyusulmu. Sambut kedatanganku biasa-biasa saja. Kamu tidak perlu memberi hormatpadaku kecuali menjawab salam serta pertanyaan-pertanyaanku," kata Sultan Buwaihi.Pagi-pagi buta pemuda itu sudah tiba di toko penjual minyak wangi. Ia minta izin ingin bicara,tetapi ditolak. Maka seperti saran Sultan Buwaihi, ia lalu duduk di depan toko selama tigahari, dan tutup mulut.Pada hari keempat, Sultan datang dengan rombongan pasukan cukup besar."Assalamu'alaikum," kata Sultan."Wa'alaikum salam," jawab pemuda acuh tanpa gerak."Kawan, rupanya kamu sudah tiba di Baghdad. Kenapa Anda tidak singgah di tempat kami?Kami pasti akan memenuhi semua kebutuhan Anda," kata Sultan."Terima kasih," jawab pemuda itu acuh, dan tetap tidak bergerak.Saat Sultan terus menanyai pemuda ini, rombongan pasukan yang berjumlah besar itu majumerangsak. Karena takut dan gemetar melihatnya, si penjual minyak wangi jatuh pingsan.Begitu siuman, keadaan di sekitarnya sudah lengang. Yang ada hanya sang pemuda, yang masihtetap duduk tenang di depan toko. Penjual minyak wangi menghampirinya dan berkata:
http://htmlimg2.scribdassets.com/1d54i5h1vk28yzs/images/37-abd72c04b2.jpg
 

Created by: 

Syihab 

Page 38 of 38
"Sialan! Kapan kamu titipkan kalung itu kepadanya? Kamu bungkus dengan apa barangtersebut? Tolong bantu aku mengingatnya."Si Pemuda tetap diam saja. Ia seolah tidak mendengar semuanya. Penjual minyak wangi sibukmondar-mandir kesana kemari mencarinya. Sewaktu ia mengangkat dan dan membalikkansebuah guci, tiba-tiba jatuh seuntai kalung."Ini kalungnya. Aku benar-benar lupa. Untung kamu mengingatkan aku," katanya.Sumber: Akhbar Adzkiya, Ibn Al-Jauzi
Kembali ke . ..
Daftar Isi 1
.
31. AMIR ANDALUSIA DAN BUDAK PEREMPUANNYA

04/26/2002Abdurrahman bin Al-Hakam, Amir Andalusia, mengundang sejumlah ahli fiqih di kediamannya.Ia sedang menghadapi masalah pelik. Pada siang hari bulan Ramadhan telah melakukanhubungan seksual dengan budak perempuannya. Saat itu ia benar-benar tidak sanggupmenahan hasrat birahinya. Ia ingin bertanya kepada para ulama ahli fiqih bagaimana carabertaubat dan membayar kafarat."Selain bertaubat kepada Allah dengan sungguh-sunguh, Engkau harus berpuasa dua bulanberturut-turut," kata seorang ulama bernama Yahya bin Yahya Al-Laitsi.Ulama-ulama yang lain diam saja: tak seorang pun menyanggahnya, mendengar jawaban Yahyatersebut. Tetapi, begitu keluar dari kediaman sang Amir, beberapa ulama menghampiri Yahyadan bertanya, "Mengapa engkau tadi tidak memberikan fatwa berdasarkan Imam Malik?Sehingga ia bisa memilih tiga saksi secara berurutan: memerdekakan budak, ataumemberikan makan sejumlah orang miskin, baru berpuasa selama dua bulan berturut-turut.""Kalau itu yang aku sampaikan, keenakan dia, mungkin setiap hari akan mengulangiperbuatannya itu karena baginya memerdekakan budak itu masalah yang ringan. Aku sengajapilihkan yang paling berat, supaya tidak mengulanginya lagi." jawab Yahya.Sumber: Wafyat Al-A'yan, Ibnu Khalkan